Tara dalah adikku yang paling aku sayang maklum kami
hanya 2 bersaudara, meski kami sering sekali berantem karna hal-hal sepele tapi
kami adalah sebuah paket yang tak bisa terpisahan. Walau jauh berbeda umur kami
namun kami begitu dekat layaknya sahabat, bahkan sering sekali dia ikut aku
nongkrong bersama teman-teman kampusku dan dia sangat akrab dan mudah beradaptasi
dengan mereka.
Hari ini ayah dan ibu pergi jadi aku harus menggantikan
tugas ibuku membangunkan Tara yang susah sekali untuk bangun pagi, kugedor-gedor
kamarnya namun tak juga ada sahutan apalagi teriakan, parahnya lagi kunci
kamarnya dikunci. Akupun segera mengambil Hp
kucari nomor si putri tidur ini, berkali-kali kucoba akhirnya diangkat
juga, segera kusuruh dia bangun, melihat jam dindingnya dia terbelalak dan
berteriak OH NO, KESIANGAN!! Akupun hanya bisa tertawa melihat kelakuan adikku
ini, setelah mandi akupun segera turun ke meja makan untuk sarapan sembari
menunggu adikku kusiapkan mobil untuk berangkat ke kampus dan mengantar adikku
Setelah 10 menit menunggu Tara pun telah siap berangkat dan membawa sarapan
untuk dimakan dimobil. Dimobil dia masih saja memarahiku karna tak
membangunkanku, dan kuseuruh dia melihat Hp nya 20 panggilan dariku sejak jam
05.45, dia pun hanya cengar cengir tak berdosa. Sesampainya disekolah dia
berpamitan padaku dan akupun melanjutkan perjalanan ke kampus.
Sesampai di kampus tiba-tiba saja perasaanku sedikit tak
enak kefikiran Tara, ah mungkin dia telat dan harus dihukum guru BP hiburku
dalam hati, aku melangkah menuju kelas. Sesampainya dikelas aku disambut oleh
teman-temanku Ardy, Ray , Rio dan Stefani, ternyata mereka sedang asyik
membicarakan lomba fotografher yang akan dilaksanakan akhir bulan ini, mereka
mengusulkan padaku untuk memperbolehkan Tara sebagai modelnya menemani Stefany,
aku fikir tak ada masalah selama Tara mau, toh Tara anak yang manis dan supel.
Semuanya pun setuju menantikan jawaban Tara, dan bergarap semoga saja Tara mau.
Setelah itu kami masuk kelas untuk mengikuti kelas.
Siangnya setelah kelas selesai aku pulang dan menjemput
Tara disekolahnya, di mobil kuceritakan padanya keinginan teman-temanku itu,
sembari kujahili agar tak begitu besar kepala ni bocah, Tara merespon dengan
sangat baik bahkan berlebihan. Ya adikku ini begitu berkeinginan menjadi
seorang model, mungkin dia berfikir ini saatnya dia memulai semua impiannya itu.
Tiba-tiba Hp ku berdering, ternyata ibu yang telefon beliau menyuruh kami agar
segera pulang karna ayah dan ibu sudah pulang dari luarkota. Tiba dirumah kami langsung menuju meja makan
ternyata ibu telah menyiapkan kue ultah buat Tara, ya hari ini Tara berulang
tahun yang ke 17 tahun betapa senangnya dia dan aku hampir saja lupa kalo saja
tak diingatkan ibu tadi pagi. Dia mendapat hadiah dari ayah untuk liburan ke Paris
saat liburan awal tahun nanti. Tara juga mnceritakan tentang keinginanku dan
teman-temanku menjadikannya model untuk mengikuti lomba fotografher akhir tahun
ini, ayah dan ibu pun mengizinkan dan mendukung sepenuhnya.
Hari yang tunggu tiba juga seminggu menyiapkan semua
perlengkapan dan juga mental untuk mengikuti lomba esok hari, Tata senang
sekali dia sudah tidak sabar mengikuti lomba. Esok paginya Ardy, Ray , Rio dan
Stefani sudah tiba dirumahku pagi-pagi buta, setelah mempersiapkan semuanya
kamipun berangkat menuju lokasi lomba, sesampainya disana lokasi sudah penuh
dengan peserta lomba yang juga akan mengikuti workshop yang diadakan oleh
panitia lomba. Lomba kali ini benar-benar membawa pada hal-hal baru, pelajaran,
teman, dan suasana. Kami semua terasa seperti keluarga walaupun baru pertama
kali bertemu, apalagi Tata yang notabenenya anak yang supel jadi lebih mudah
untuk berteman dengan orang-orang baru dan dia juga banyak disukai oleh peserta
yang lain. Melihat Tata sebahagia itu aku turut bahagia namun entah kenapa
hatiku tiba-tiba gelisah, ini bukan pertama kalinya karna selama seminggu ini
juga aku slalu saja menghawatirkan Tata, semoga saja tak terjadi apapun pada
Tata. Seharian kegiatan lomba dan workshop akhirnya pengumuman pemenang, ada
perasaan deg-degan walau kami tak terlalu berharap karna kami masih pemula
untuk mengikuti lomba seperti ini, tapi tak disangka ternyata kami mampu
memenangkan juara 3 dan juga menyabet model favorite oleh Tata dan Stefani,
sungguh diluar dugaan kami semua dan betapa bahagianya kami. Setelah acara
lomba ditutup dan berpamitan dengan peserta yang lain kamipun pulang kerumah
dengan perasaan bahagia dan merencanakan liburan pergantian tahun baru di Puncak
Bogor.
Pagi ini aku memang bangun siang karna masih capek dan
juga memang nggak ada kuliah hari ini, begitu juga Tara yang dibiarkan oleh ibu
tidur sepuasnya jadi hari ini dia aman dari omelan bangun siang hhahaha.
Setelah mandi aku turun kebawah untuk sarapan sehabis sarapan kuhabiskan waktu
bermain laptop di taman belakang, aku iseng-iseng membuak akun facebook Tara
dan melihat isi update si putri tidur, agak kaget melihat update terakhirnya
yang bertuliskan “I MISS YOU BROTHER, I'M AFRAID OF A LATER TIME CAN NOT
KIDDING AGAIN WITH YOU” , kufikir benar juga apa yang ditulis oleh Tara dan
kembali perasaan tak enakku muncul. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 10.00,
kutanyakan pada ibu apakah Tara sudah bangun, namun ternyata dia belum juga
bangun, tak biasanya dia tidur sampai jam 10.00 belum bangun, walaupun dia
putri tidur seenggaknya jam 8 dia sudah bangun. Ibu pun menyusulnya kekamar dan
aku mengikuti Ibu karna ada perasaan tak enak ini. Dikamar kami melihat dia
masih tertidur tak biasa kamarnya tak dikunci, Ibu mencoba membangunkannya dan
aku tak sengaja bercanda pada kalau tidurnya seperti orang mati, namun dia tak
kunjung memberi respon, aku dan Ibu mulai panik kami lihat wajahnya begitu
pucat dan denyut nadinya melemah, Ibu semakin panik dan aku berusaha tenang
agar Ibu tak semakin panik. Kutelefon ayah yang masih dikantor dan langsung
kuantar Tara menuju Rumah sakit.
Tiba dirumah sakit Tara langsung dibawa ke UGD untuk
diperiksa, tak berapa lama ayah datang mencoba menenagkan ibu yang tak hentinya
menangis.Lima belas menit kemudian dokter keluar dari UGD, perasaanku semakin
kacau melihat raut wajah dokter yang seolah menunjukkan rasa penyesalan. Dokter
telah berusaha sepenuhnya namun nyawa Tara tak bisa lagi diselamatkan, dan
ternyata baru kami ketahui Tara menderita Leukimia, dia sama sekali tak pernah
cerita tentang hal ini dan begitu sempurna menutupi kesakitannya karna begitu
sayangnya dia kepada kami semua. Aku tak bisa membendung airmataku seakan aku
tak rela dan ingin menggantikan semua yang menimpanya, dia begitu manis begitu
reseh dan tak bisa terlupakan begitu saja. Ibu nampak lebih tak berdaya hingga
pingsan dibuatnya oleh kabar ini, ini begitu cepat rasnya baru kemarin aku
bercanda dengannya. Tara, kakak pasti akan selalu merindukanmu, maaf jika kakak
hanya mampu mengucap ini malah disaat kamu sudah lagi tak bisa bercanda bersama
kakak. TARA, MISS YOU.