Hingga
saatnya tiba, kini aku berjumpa kembali denganmu. Memang tak ada kisah special tentang
aku dan kamu di masa yang dulu tapi enta kenapa kehadiranmu kembali seolah
memberikan arti tentang akah ada kenangan indah antara kita, meski aku sendiri
tak tau apakah kenangan itu bertahan selamanya atau hanya angin lewat untuk
penambah cerita kehidupan. Sebenarnya aku agak heran kenapa aku dan kamu kini
menjadi kita, padahal dulu tak pernah ku tahu dan tak pernah ku rasa bahwa ada
cinta diantara kita. Dulu yang secara jelas meski tak nyata mengungkapkan
rasanya padaku adalah teman terdekatmu sendiri, dan mungkin kau pun masih ingat
tentang kisah ku dengannya, kisah masa kecil. Entahlah kusebut ini takdir
hidup, ya mungkin itu lebih baik kedengarannya.
Tiba-
tiba kau datang, tiba-tiba pula kau mengungkapkan rasa dalam hati. Aku ingin
berfikir panjang tentang tawaranmu itu namun kau tak memberiku cukup waktu
untuk itu, sampai akhirnya aku memutuskan mengatakan ya dan menjadikan ini cara
belajar mencintaimu. Namun tak serta merta saat aku menerimamu lantas aku
percaya padamu bahwa kau sepenuhnya serius mencintaiku. Kutunggu keseriusanmu dengan
cara kembali pulang untuk sekedar
berjumpa denganku, ya saat itu aku cukup bahagia menjadi alasan kepulanganmu
setelah hampir tiga tahun bahkan kau tak pernah pulang lagi ke kota ini. Meski
waktu kepulanganmu hanya sebentar dan pertemuan denganku pun hanya bisa di hitung
dengan lima jariku saja, namun aku rasa cukup untuk membuatmu dan membuat
diriku sendiri menyatakan kemantapan masing-masing tuk melangkah lebih jauh
lagi bersamaan.
Sampai
akhirnya kita berjalan bersama, saling melengkapi tawa dan menghapus kesedihan.
Nampak bodoh mungkin aku hanya berkomunikasi denganmu lewat pesan singkat yang
itupun tak bisa setiap detik ku dapatkan, karena waktu dan macam kegiatan yang
kita lalu sungguh berbeda. Aku hanya gadis desa dank au anak desa yang mencoba
peruntungan di kota orang dengan penuh kerja keras. Sampai terkadang kau
menghalau semua bayangan kerinduan untuk pulang bertemu dengan orang yang kau
cintai. Saat bahagia itu sungguh kunikmati dan jika ini menjadi momen manis
terakhir untuk ku bersamamu, ingin rasanya aku berkata pada Tuhan untuk
menghentikan waktu dimana akan slalu ada senyum diantara kita.
Sayangnya
kini waktu tak semanis itu, dan seolah aku terlambat berkata pada Tuhan tentang
hal itu. Kau pergi begitu saja setelah malam kejadian malam itu, dan yang
kulakukan hanya bisa memandangi semua sisa pesan singkat itu. Hari berlalu aku
masih coba menghubungimu untuk sekedar meminta maaf, tapi mungkin maaf yang ku
lontarkan sudah terlalu banyak hingga kau mulai jenuh memaafkan keegoisanku.
Tepat sekali Tuhan member uji, aku kehilanganmu disaat bersamaan aku harus
kehilangan sosok wanita hebat yang kumiliki, pejuang tangguh sejak aku masih
dalam kandungannya. Andai saja aku bisa memutar waktu kembali, andai saja aku
bisa mengubah takdirku sendiri, andai saja kini yang ku alami hanyalah mimpi.
Ya, sayang seribu sayang nasi telah menjadi bubur, jalan hidup tetap harus di
lalui entah bagaimana manis dan pahitnya. Kini aku di ajarkan Tuhan untuk
ikhlas dan pasrah untuk tak lagi menyiakan sebuah senyuman.