Kamis, 03 Juli 2014

Dulu, saat itu, kini dan nanti

Hingga saatnya tiba, kini aku berjumpa kembali denganmu. Memang tak ada kisah special tentang aku dan kamu di masa yang dulu tapi enta kenapa kehadiranmu kembali seolah memberikan arti tentang akah ada kenangan indah antara kita, meski aku sendiri tak tau apakah kenangan itu bertahan selamanya atau hanya angin lewat untuk penambah cerita kehidupan. Sebenarnya aku agak heran kenapa aku dan kamu kini menjadi kita, padahal dulu tak pernah ku tahu dan tak pernah ku rasa bahwa ada cinta diantara kita. Dulu yang secara jelas meski tak nyata mengungkapkan rasanya padaku adalah teman terdekatmu sendiri, dan mungkin kau pun masih ingat tentang kisah ku dengannya, kisah masa kecil. Entahlah kusebut ini takdir hidup, ya mungkin itu lebih baik kedengarannya.
Tiba- tiba kau datang, tiba-tiba pula kau mengungkapkan rasa dalam hati. Aku ingin berfikir panjang tentang tawaranmu itu namun kau tak memberiku cukup waktu untuk itu, sampai akhirnya aku memutuskan mengatakan ya dan menjadikan ini cara belajar mencintaimu. Namun tak serta merta saat aku menerimamu lantas aku percaya padamu bahwa kau sepenuhnya serius mencintaiku. Kutunggu keseriusanmu dengan cara  kembali pulang untuk sekedar berjumpa denganku, ya saat itu aku cukup bahagia menjadi alasan kepulanganmu setelah hampir tiga tahun bahkan kau tak pernah pulang lagi ke kota ini. Meski waktu kepulanganmu hanya sebentar dan pertemuan denganku pun hanya bisa di hitung dengan lima jariku saja, namun aku rasa cukup untuk membuatmu dan membuat diriku sendiri menyatakan kemantapan masing-masing tuk melangkah lebih jauh lagi bersamaan.
Sampai akhirnya kita berjalan bersama, saling melengkapi tawa dan menghapus kesedihan. Nampak bodoh mungkin aku hanya berkomunikasi denganmu lewat pesan singkat yang itupun tak bisa setiap detik ku dapatkan, karena waktu dan macam kegiatan yang kita lalu sungguh berbeda. Aku hanya gadis desa dank au anak desa yang mencoba peruntungan di kota orang dengan penuh kerja keras. Sampai terkadang kau menghalau semua bayangan kerinduan untuk pulang bertemu dengan orang yang kau cintai. Saat bahagia itu sungguh kunikmati dan jika ini menjadi momen manis terakhir untuk ku bersamamu, ingin rasanya aku berkata pada Tuhan untuk menghentikan waktu dimana akan slalu ada senyum diantara kita.

Sayangnya kini waktu tak semanis itu, dan seolah aku terlambat berkata pada Tuhan tentang hal itu. Kau pergi begitu saja setelah malam kejadian malam itu, dan yang kulakukan hanya bisa memandangi semua sisa pesan singkat itu. Hari berlalu aku masih coba menghubungimu untuk sekedar meminta maaf, tapi mungkin maaf yang ku lontarkan sudah terlalu banyak hingga kau mulai jenuh memaafkan keegoisanku. Tepat sekali Tuhan member uji, aku kehilanganmu disaat bersamaan aku harus kehilangan sosok wanita hebat yang kumiliki, pejuang tangguh sejak aku masih dalam kandungannya. Andai saja aku bisa memutar waktu kembali, andai saja aku bisa mengubah takdirku sendiri, andai saja kini yang ku alami hanyalah mimpi. Ya, sayang seribu sayang nasi telah menjadi bubur, jalan hidup tetap harus di lalui entah bagaimana manis dan pahitnya. Kini aku di ajarkan Tuhan untuk ikhlas dan pasrah untuk tak lagi menyiakan sebuah senyuman.