Gadis cantik itu
bernama Rara, dia memang bukan siapa-siapa hanya gadis kecil yang mulai tumbuh
dewasa dan mulai bergelut dengan semua impiannya. Bekerja sebagai seorang
penulis disebuah penerbit terkenal di kotanya meski dengan gaji yang tak seberapa namun
dia menikmatinya, karena baginya menulis adalah sebagian dari jiwanya yang tak
pernah bisa terpisahkan. Rara memang bukan sosok gadis sempurna namun tak
berarti tak banyak pria yang naksir padanya, sejak masih duduk dibangku sekolah
sudah banyak yang menaruh hati padanya, ada yang secara terang-terangan
mengakui dan ada pula yang hanya menyampaikannya melalui sahabat Rara. Tapi
Rara masih saja belum pernah menikmati indahnya pacaran, karena mereka semua hanya
Rara jadikan sebagai teman. Sampai
akhirnya dia bertemu kembali dengan Jack yang merupakan temannya sejak kecil
yang kebetulan satu sekolah dengannya waktu SMA, tiga tahun kelulusan mereka
tak pernah berjumpa sampai akhirnya mereka bertemu dalam sebuah event di
Jakarta, sampai akhirnya mereka berpacaran meski harus menjalani hubungan jarak
jauh.
Hampir satu
tahun menjalin hubungan mereka memang sering tanpa komunikasi karena kesibukan
masing-masing juga jarak yang memisahkan pertemuan mereka, tapi kali ini
berbeda sudah seminggu lebih Rara tanpa kabar, biasanya dia yang paling protes
jika Jack terlalu sibuk sampai melupakan komunikasi diantara mereka. Jack
merasa khawatir sesuatu buruk terjadi pada diri Rara atau bahkan hubungan
mereka, semua komunikasi yang biasa mereka gunakan semua sepi tanpa pesan dari
Rara, bahkan beberapa kali Jack menelfon tapi tak juga ada respon. Jack mulai
putus asa, namun dia teringat facebook Rara dimana biasanya Rara menulis semua
kepenatannya tapi Jack hanya menemukan update status terakhir Rara yang itupun
ditulisnya seminggu yang lalu. “Semua takdir sudah da yang menentukan.
Jika pun aku berjodoh dengannya Tuhan akan mempertemukanku kembali dengannya.”
Ada ribuan tanya dalam fikiran Jack membaca status Rara, apakah dia mulai bosan
dengan hubungan diantara mereka atau ada orang lain yang menggantikannya
disamping Rara. Jack semakin tak mengerti dengan semua ini. Tiga hari sudah
Jack mencoba mencari info tentang Rara, semua teman dan sahabatnya coba Jack
tanyai namun tak satupun dari mereka yang tahu bahkan mereka juga kesulitan
menghubungi Rara, Jack sebenarnya ingin mencari info dari saudara dan juga
kakak Rara namun Jack tak punya kontak mereka satupun. Jack semakin pasrah
dengan apa yang akan terjadi nanti, tentang hubungannya dengan Rara dan semua
mimpi mereka bersama.
Beberapa
hari ini Jack disibukkan dengan semua kekhawatirannya tentang Rara,
sampai-sampai dia tak focus dengan pekerjaannya dan juga tugas kuliahnya,
diamana slalu ada Rara yang dulu slalu memberikan semangat ketika dia mulai
jenuh dengan kegiatannya dan ingin pulang kembali ke kotanya bertemu sang
pujaan hati. Disini Jack memang tak sendiri, dimana dia juga punya banyak teman
dan sahabat yang slalu menghiburnya ketika Jack sedang murung seperti malam
ini. Teman-temannya mengajaknya untuk
sekedar jalan-jalan menikmati suasana malam di kota yang tak pernah tidur ini,
Jack pun hanya mengikuti keinginan teman-temannya lagi pula memang tak
seharusnya dia semurung ini. Sedikit kekhawatirannya tergantikan oleh tawa para
teman, meski saja slalu terbayang wajah Rara yang hingga saat ini belum juga
ada kabar.
Tepat pukul
12.00 dini hari Jack dan teman-temannya pulang kembali ke kost masing-masing,
sesampainya di kamar Jack memandangi foto Rara yang slalu tersimpan di galeri
handphone miliknya. Dibukanya laptop miliknya, mencoba membuka facebook untuk
sekedar menghibur diri seperti kata Rara bahwa facebook adalah hiburan dimana semua
hal bisa dibahas dan hal yang tak penting bisa saja menjadi penting. Sepuluh
menit berlalu dengan sedikit tersenyum karena membaca update status konyol
milik teman-temannya sampai akhirnya dia menemukan sebuah foto milik sebuah
akun yang dia kenal sebagai kakak Rara. Dalam foto tersebut nampak seorang
gadis meski tak begitu jelas sedang terbaring lemah di sebuah kamar rawat yang
penuh dengan selang infus dan semacamnya, ada sebuah keterangan di foto
tersebut “GWS mbem, kita semua sayang kamu. Nanti kalau kamu sembuh kita main
bareng kakak yang gendong kayak waktu kecil kamu mbem. Kamu bangun ya sayang.”
Hati Jack seakan teriris perih, meski samar dia tahu siapa yang terbaring lemah
dalam foto itu, dia juga paham betul panggilan mbem itu adalah Rara. Tak terasa
air mata yang berhari-hari di tahannya akhirnya runtuh malam itu juga, banyak
penyesalan yang terbesit di fikirannya. Dia yang mengakui mencintai Rara seumur
hidupnya bahkan tak tau kalau sang separuh jiwanya tengah terbaring lemah, dia
malah memikirkan hal negative tentang Rara yang sebenarnya tak pernah terbesit
difikirannya.
Malam itu juga
Jack memesan tiket pesawat pulang ke kotanya untuk secepatnya bisa sampai dan
bertemu dengan Rara, semua pekerjaan dan kuliah dia abaikan karena tak ada yang
lebih penting kini kecuali Rara. Duduk terpaku dalam kursi penumpang
membayangkan pertemuanya dengan Rara yang bisa dihitung dengan jari jemarinya,
flash back masa kecil mereka yang tak pernah terlupakan bagi Jack karena Rara
adalah cinta pertamanya. Sesampainya di kotanya, Jack menghubungi sahabat Rara
dan menjenguk Rara pagi setibanya Jack. Tanpa menunggu lama bersama para
Sahabat Rara, Jack menuju rumah sakit tempat Rara dirawat, di depan kamar rawat
hampir saja Jack tak kuat menopang berat tubuhnya bercampur kekhawatirannya
terhadap Rara. Mereka disambut oleh keluarga Rara yang berkumpul di depan
kamar, ya Jack sudah mengenal keluarga Rara sejak masih kecil namun tak sedekat
semenjak hubungan pacaran mereka. Didalam hanya ada Ayah Rara yang memang tak
akan beranjak meninggalkan puteri kecilnya meski hanya sebentar, di belainya
kepala Rara yang selama ini tertutup jilbab. Jack masuk dengan gontai, berharap
bahwa yang terbaring disana bukanlah Raranya yang sangat dia cintai, namun
inilah kenyataan yang harus diterimanya bahwa itu benar Rara kesayangannya.
Hampir jatuh air matanya namun Ayah Rara langsung mengingatkan Jack untuk tidak
menangisi Rara, karena Rara pasti akan sembuh dan kanker yang merupakan perusak
senyum Rara akan segera musnah. Jack tertegun dengan semangat Ayah Rara dan
menyeka air mata dipucuk bola matanya.
Jack meraih
tangan Rara dengan lembut, duduk disamping pembaringannya masih ditemani Ayah
Rara. Bibirnya tersenyum kaku menyapa sang kekasih yang terbujur lemah,
mendongengkan kisah kecil mereka, cinta diam mereka sampai kisah pacaran mereka
yang tak slalu mulus seperti jalan depan rumah Rara yang slalu dibanggakannya
karena tak ada lubang yang bisa menjatuhkan pengguna jalan. Masih ditemani Ayah
Rara mereka membahas kelucuan Rara yang manja sebagai anak terakhir, mereka
masih percaya bahwa Rara bukan sakit, Rara hanya tertidur karena memang
Rara adalah sleeping beauty bagi mereka
meski infuse dan alat detak jantung terpasang mereka anggap itu adalah hiasan
menemani tidur gadis kesayangan mereka, hingga mereka tak sadar meneteskan air
mata yang sedari tadi pantang mereka teteskan di hadapan Rara yang tertidup
lelap dalam mimpinya. Jack sudah tak tahan lagi berlama-lama diruangan itu, dia
berlari keluar menuju taman dekat kamar Rara. Disana dia menangis seorang diri,
menghujat segala kesibukan dan jarak diantara mereka. Menyalahkan diri sendiri
bahwa harusnya dia bisa menghabiskan waktu lebih lama untuk membuat malaikat
kecilnya tetap tersenyum. Lamunannya terhenti oleh sapaan Jane sahabat Rara,
dia mengabarkan bahwa Rara siuman. Jack dan Jane pun berlari menuju kamar Rara,
kamar Rara penuh dengan orang yang mencintainya menyambut kesadarannya dari
tidur panjangnya. Rara tersenyum melihat Jack, sempat juga bercanda melihat air
mata Jack mengejeknya sebagai lelaki cengeng. Jack tak mampu berkata hanya bisa
tersenyum menatap malaikatnya terbangun.
Berminggu-minggu
di rawat dirumah sakit akhirnya Rara diperbolehkan pulang meski dengan keadaan
yang masih lemah. Dokter hanya mengatakan kalau kini yang dibutuhkan Rara hanya
kasih saying dan kebahagiaan dan biarkalah umur menjadi rahasia Tuhan, kami tau
apa yang dimaksud dengan perkataan sang dokter tapi kami dan juga Rara punya
semangat yang tak kan tergoyahkan oleh kanker yang slama ini di derita Rara.
Tiga hari kepulangan Rara dari rumah sakit Jack kembali ke kota rantaunya
menyelesaikan study yang menjadi tujuan utama, sebenarnya berat bagi Jack
meninggalkan Rara kembali namun Rara meyakinkan Jack bahwa semua kan baik-baik
saja sampai waktunya benar-benar tiba, Jack percaya pada Rara dan berjanji
bahwa dia akan lebih peduli dengan mengabari Rara setiap hari sesibuk apapun
kegiatannya.
Setahun berlalu
Jack kembali menemui Rara, mengabarkan dua hal penting dalam hidupnya. Pertama
dia telah lulus menjadi seorang sarjana dengan nilai sangat baik dan yang ke
dua dia akan meminang Rara dalam waktu dekat. Rara bahagia terharu
mendengarnya, namun ada kesedihan bagaimana mungkin Rara menerima pinangan
lelaki yang dicintainya dalam keadaan umur yang di vonis sudah tak lama lagi,
dia takut akan meninggalkan Jack secepat itu, Jack meyakinkannya bahwa jodoh,
umur dan rejeki sudah ada yang mengatur. Jack dan Rara saling berpandangan
menyebar senyum kebahagiaan mereka, begitu pula kedua keluarga mereka yang
menyambut baik kabar bahagia itu dan akan melangsungkan pesta pernikahan
secepatnya. Kini dua tahun
sudah mereka menjalani hidup sebagai sepasang suami isteri tak lagi terpisahkan
jarak diantaranya, kehidupan mereka berjalan layaknya kehidupan rumah tangga
yang lain bahkan mereka lebih terlihat bahagia meski terbesit bayangan akan
kehilangan salah satu diantara mereka cepat ataupun lambat. Dan ternyata
waktunya telah tiba, Rara sudah tak sanggup lagi melawan penyakit yang
dideritanya, dan dengan keikhlasan semua keluarga termasuk Jack telah rela
kalau kini harus ditinggalkan oleh Rara. Rara tertidur untuk selamanya
dikelilingi oleh orang-orang yang dicintainya orang tua, kakak-kakak, saudara,
sahabat dan juga separuh jiwanya yaitu Jack. Rara pergi dengan telah
menyelesaikan tugasnya membahagiakan kedua orang tuanya yaitu melihat dirinya
menikah meski Rara tak sempat mewujudkan mimpi kedua orang tuanya untuk
menimang cucu darinya dan juga Jack.
Takdir terkadang
tak slalu indah seperti apa yang diharapkan, ada kalanya kita akan terkejut
dengan takdir yang sebelumnya tak terbayang akan terjadi terhadap diri kita. Bahagia
itu sederhana, sesederhana kita memaknai kehidupan yang kita punya,
menjalaninya dengan tanpa beban, namun terkadang terusik oleh kegelisahan yang
tak beralasan. Kalian pernah merasakan jatuh cinta? Ya tak selamanya indah
memang, namun tetap saja yang namanya jatuh cinta itu sulit dilupakan, sesakit
apapun dan sebahagia apapun bersamanya. Jatuh cinta tak pernah memandang siapa
dia, darimana dia, dan bagaimana dia, cinta hanya mengenal aku menyayanginya
dan slalu akan bersamanya, terkadang semudah itu meski prakteknya tak lebih
gampang.