Senin, 07 April 2014

SEDERHANA

Gadis cantik itu bernama Rara, dia memang bukan siapa-siapa hanya gadis kecil yang mulai tumbuh dewasa dan mulai bergelut dengan semua impiannya. Bekerja sebagai seorang penulis disebuah penerbit terkenal di kotanya meski dengan gaji yang tak seberapa namun dia menikmatinya, karena baginya menulis adalah sebagian dari jiwanya yang tak pernah bisa terpisahkan. Rara memang bukan sosok gadis sempurna namun tak berarti tak banyak pria yang naksir padanya, sejak masih duduk dibangku sekolah sudah banyak yang menaruh hati padanya, ada yang secara terang-terangan mengakui dan ada pula yang hanya menyampaikannya melalui sahabat Rara. Tapi Rara masih saja belum pernah menikmati indahnya pacaran, karena mereka semua hanya Rara jadikan sebagai teman. Sampai akhirnya dia bertemu kembali dengan Jack yang merupakan temannya sejak kecil yang kebetulan satu sekolah dengannya waktu SMA, tiga tahun kelulusan mereka tak pernah berjumpa sampai akhirnya mereka bertemu dalam sebuah event di Jakarta, sampai akhirnya mereka berpacaran meski harus menjalani hubungan jarak jauh.

Hampir satu tahun menjalin hubungan mereka memang sering tanpa komunikasi karena kesibukan masing-masing juga jarak yang memisahkan pertemuan mereka, tapi kali ini berbeda sudah seminggu lebih Rara tanpa kabar, biasanya dia yang paling protes jika Jack terlalu sibuk sampai melupakan komunikasi diantara mereka. Jack merasa khawatir sesuatu buruk terjadi pada diri Rara atau bahkan hubungan mereka, semua komunikasi yang biasa mereka gunakan semua sepi tanpa pesan dari Rara, bahkan beberapa kali Jack menelfon tapi tak juga ada respon. Jack mulai putus asa, namun dia teringat facebook Rara dimana biasanya Rara menulis semua kepenatannya tapi Jack hanya menemukan update status terakhir Rara yang itupun ditulisnya seminggu yang lalu. “Semua takdir sudah da yang menentukan. Jika pun aku berjodoh dengannya Tuhan akan mempertemukanku kembali dengannya.” Ada ribuan tanya dalam fikiran Jack membaca status Rara, apakah dia mulai bosan dengan hubungan diantara mereka atau ada orang lain yang menggantikannya disamping Rara. Jack semakin tak mengerti dengan semua ini. Tiga hari sudah Jack mencoba mencari info tentang Rara, semua teman dan sahabatnya coba Jack tanyai namun tak satupun dari mereka yang tahu bahkan mereka juga kesulitan menghubungi Rara, Jack sebenarnya ingin mencari info dari saudara dan juga kakak Rara namun Jack tak punya kontak mereka satupun. Jack semakin pasrah dengan apa yang akan terjadi nanti, tentang hubungannya dengan Rara dan semua mimpi mereka bersama.

                Beberapa hari ini Jack disibukkan dengan semua kekhawatirannya tentang Rara, sampai-sampai dia tak focus dengan pekerjaannya dan juga tugas kuliahnya, diamana slalu ada Rara yang dulu slalu memberikan semangat ketika dia mulai jenuh dengan kegiatannya dan ingin pulang kembali ke kotanya bertemu sang pujaan hati. Disini Jack memang tak sendiri, dimana dia juga punya banyak teman dan sahabat yang slalu menghiburnya ketika Jack sedang murung seperti malam ini.  Teman-temannya mengajaknya untuk sekedar jalan-jalan menikmati suasana malam di kota yang tak pernah tidur ini, Jack pun hanya mengikuti keinginan teman-temannya lagi pula memang tak seharusnya dia semurung ini. Sedikit kekhawatirannya tergantikan oleh tawa para teman, meski saja slalu terbayang wajah Rara yang hingga saat ini belum juga ada kabar.

Tepat pukul 12.00 dini hari Jack dan teman-temannya pulang kembali ke kost masing-masing, sesampainya di kamar Jack memandangi foto Rara yang slalu tersimpan di galeri handphone miliknya. Dibukanya laptop miliknya, mencoba membuka facebook untuk sekedar menghibur diri seperti kata Rara bahwa facebook adalah hiburan dimana semua hal bisa dibahas dan hal yang tak penting bisa saja menjadi penting. Sepuluh menit berlalu dengan sedikit tersenyum karena membaca update status konyol milik teman-temannya sampai akhirnya dia menemukan sebuah foto milik sebuah akun yang dia kenal sebagai kakak Rara. Dalam foto tersebut nampak seorang gadis meski tak begitu jelas sedang terbaring lemah di sebuah kamar rawat yang penuh dengan selang infus dan semacamnya, ada sebuah keterangan di foto tersebut “GWS mbem, kita semua sayang kamu. Nanti kalau kamu sembuh kita main bareng kakak yang gendong kayak waktu kecil kamu mbem. Kamu bangun ya sayang.” Hati Jack seakan teriris perih, meski samar dia tahu siapa yang terbaring lemah dalam foto itu, dia juga paham betul panggilan mbem itu adalah Rara. Tak terasa air mata yang berhari-hari di tahannya akhirnya runtuh malam itu juga, banyak penyesalan yang terbesit di fikirannya. Dia yang mengakui mencintai Rara seumur hidupnya bahkan tak tau kalau sang separuh jiwanya tengah terbaring lemah, dia malah memikirkan hal negative tentang Rara yang sebenarnya tak pernah terbesit difikirannya.

Malam itu juga Jack memesan tiket pesawat pulang ke kotanya untuk secepatnya bisa sampai dan bertemu dengan Rara, semua pekerjaan dan kuliah dia abaikan karena tak ada yang lebih penting kini kecuali Rara. Duduk terpaku dalam kursi penumpang membayangkan pertemuanya dengan Rara yang bisa dihitung dengan jari jemarinya, flash back masa kecil mereka yang tak pernah terlupakan bagi Jack karena Rara adalah cinta pertamanya. Sesampainya di kotanya, Jack menghubungi sahabat Rara dan menjenguk Rara pagi setibanya Jack. Tanpa menunggu lama bersama para Sahabat Rara, Jack menuju rumah sakit tempat Rara dirawat, di depan kamar rawat hampir saja Jack tak kuat menopang berat tubuhnya bercampur kekhawatirannya terhadap Rara. Mereka disambut oleh keluarga Rara yang berkumpul di depan kamar, ya Jack sudah mengenal keluarga Rara sejak masih kecil namun tak sedekat semenjak hubungan pacaran mereka. Didalam hanya ada Ayah Rara yang memang tak akan beranjak meninggalkan puteri kecilnya meski hanya sebentar, di belainya kepala Rara yang selama ini tertutup jilbab. Jack masuk dengan gontai, berharap bahwa yang terbaring disana bukanlah Raranya yang sangat dia cintai, namun inilah kenyataan yang harus diterimanya bahwa itu benar Rara kesayangannya. Hampir jatuh air matanya namun Ayah Rara langsung mengingatkan Jack untuk tidak menangisi Rara, karena Rara pasti akan sembuh dan kanker yang merupakan perusak senyum Rara akan segera musnah. Jack tertegun dengan semangat Ayah Rara dan menyeka air mata dipucuk bola matanya.

Jack meraih tangan Rara dengan lembut, duduk disamping pembaringannya masih ditemani Ayah Rara. Bibirnya tersenyum kaku menyapa sang kekasih yang terbujur lemah, mendongengkan kisah kecil mereka, cinta diam mereka sampai kisah pacaran mereka yang tak slalu mulus seperti jalan depan rumah Rara yang slalu dibanggakannya karena tak ada lubang yang bisa menjatuhkan pengguna jalan. Masih ditemani Ayah Rara mereka membahas kelucuan Rara yang manja sebagai anak terakhir, mereka masih percaya bahwa Rara bukan sakit, Rara hanya tertidur karena memang Rara  adalah sleeping beauty bagi mereka meski infuse dan alat detak jantung terpasang mereka anggap itu adalah hiasan menemani tidur gadis kesayangan mereka, hingga mereka tak sadar meneteskan air mata yang sedari tadi pantang mereka teteskan di hadapan Rara yang tertidup lelap dalam mimpinya. Jack sudah tak tahan lagi berlama-lama diruangan itu, dia berlari keluar menuju taman dekat kamar Rara. Disana dia menangis seorang diri, menghujat segala kesibukan dan jarak diantara mereka. Menyalahkan diri sendiri bahwa harusnya dia bisa menghabiskan waktu lebih lama untuk membuat malaikat kecilnya tetap tersenyum. Lamunannya terhenti oleh sapaan Jane sahabat Rara, dia mengabarkan bahwa Rara siuman. Jack dan Jane pun berlari menuju kamar Rara, kamar Rara penuh dengan orang yang mencintainya menyambut kesadarannya dari tidur panjangnya. Rara tersenyum melihat Jack, sempat juga bercanda melihat air mata Jack mengejeknya sebagai lelaki cengeng. Jack tak mampu berkata hanya bisa tersenyum menatap malaikatnya terbangun.

Berminggu-minggu di rawat dirumah sakit akhirnya Rara diperbolehkan pulang meski dengan keadaan yang masih lemah. Dokter hanya mengatakan kalau kini yang dibutuhkan Rara hanya kasih saying dan kebahagiaan dan biarkalah umur menjadi rahasia Tuhan, kami tau apa yang dimaksud dengan perkataan sang dokter tapi kami dan juga Rara punya semangat yang tak kan tergoyahkan oleh kanker yang slama ini di derita Rara. Tiga hari kepulangan Rara dari rumah sakit Jack kembali ke kota rantaunya menyelesaikan study yang menjadi tujuan utama, sebenarnya berat bagi Jack meninggalkan Rara kembali namun Rara meyakinkan Jack bahwa semua kan baik-baik saja sampai waktunya benar-benar tiba, Jack percaya pada Rara dan berjanji bahwa dia akan lebih peduli dengan mengabari Rara setiap hari sesibuk apapun kegiatannya.

Setahun berlalu Jack kembali menemui Rara, mengabarkan dua hal penting dalam hidupnya. Pertama dia telah lulus menjadi seorang sarjana dengan nilai sangat baik dan yang ke dua dia akan meminang Rara dalam waktu dekat. Rara bahagia terharu mendengarnya, namun ada kesedihan bagaimana mungkin Rara menerima pinangan lelaki yang dicintainya dalam keadaan umur yang di vonis sudah tak lama lagi, dia takut akan meninggalkan Jack secepat itu, Jack meyakinkannya bahwa jodoh, umur dan rejeki sudah ada yang mengatur. Jack dan Rara saling berpandangan menyebar senyum kebahagiaan mereka, begitu pula kedua keluarga mereka yang menyambut baik kabar bahagia itu dan akan melangsungkan pesta pernikahan secepatnya. Kini dua tahun sudah mereka menjalani hidup sebagai sepasang suami isteri tak lagi terpisahkan jarak diantaranya, kehidupan mereka berjalan layaknya kehidupan rumah tangga yang lain bahkan mereka lebih terlihat bahagia meski terbesit bayangan akan kehilangan salah satu diantara mereka cepat ataupun lambat. Dan ternyata waktunya telah tiba, Rara sudah tak sanggup lagi melawan penyakit yang dideritanya, dan dengan keikhlasan semua keluarga termasuk Jack telah rela kalau kini harus ditinggalkan oleh Rara. Rara tertidur untuk selamanya dikelilingi oleh orang-orang yang dicintainya orang tua, kakak-kakak, saudara, sahabat dan juga separuh jiwanya yaitu Jack. Rara pergi dengan telah menyelesaikan tugasnya membahagiakan kedua orang tuanya yaitu melihat dirinya menikah meski Rara tak sempat mewujudkan mimpi kedua orang tuanya untuk menimang cucu darinya dan juga Jack.

Takdir terkadang tak slalu indah seperti apa yang diharapkan, ada kalanya kita akan terkejut dengan takdir yang sebelumnya tak terbayang akan terjadi terhadap diri kita. Bahagia itu sederhana, sesederhana kita memaknai kehidupan yang kita punya, menjalaninya dengan tanpa beban, namun terkadang terusik oleh kegelisahan yang tak beralasan. Kalian pernah merasakan jatuh cinta? Ya tak selamanya indah memang, namun tetap saja yang namanya jatuh cinta itu sulit dilupakan, sesakit apapun dan sebahagia apapun bersamanya. Jatuh cinta tak pernah memandang siapa dia, darimana dia, dan bagaimana dia, cinta hanya mengenal aku menyayanginya dan slalu akan bersamanya, terkadang semudah itu meski prakteknya tak lebih gampang.