Senin, 25 Agustus 2014

Tamparan Hidup, menyakitkan!!

Tamparan ini sungguh lebih menyakitkan daripada tamparan manapun di dunia. Bagaimana mungkin kami yang harusnya saling menjaga harus kecolongan satu bidadari??

Tak terbayang bagaimana Mentariku kan menangis disana melihat keadaan sesial ini. Amanat yang slalu di wanti-wantikan dengan sangat jelas dan detail terlanggar merenggut salah satu dari puluhan bidadarinya.

Maaf kan kami Mentari, kami lalai menjaga satu sama lain, kami lalai dengan bagaimana buasnya luar sana. Kalaupun bisa diibaratkan ini bagaikan terlempar telur se busuk-busuknya aroma.

Minggu, 10 Agustus 2014

To my mommy

Dedication to my mom (alm).

Assalamualaikum my super hero mommy.

Terima kasih yang teramat banyak untukmu bu'e, untuk sgala kehidupan yang terindah yang kau berikan selama hidup bahkan setelah kau tiada.

Kau slalu berusaha menjadikanku gadis hebat ditengah keterbatasan yang kita miliki. Kata orang?? Kau bilang jangan terlalu didengar kalau hanya cibiran yang mereka berikan, dan kau slamanya penguat.

Aku suka masa kecilku dengan sgala kasih sayang dan juga kemanjaanmu padaku. Semua keinginan menjadi model, penari atau apapun itu kau berusaha mewujudkannya dengan indah.

Aku masih ingat dengan betul, kau tak pernah lupa menyelipkan namaku dalam doa terbaikmu. Bahkan kau seringnya lupa berdoa untuk dirimu sendiri.

Maaf bu' , jika selama hidupmu aku bahkan belum bisa sekedar melengkungkan sebuah senyum untukmu. Maaf pula untuk sgala keegoisan yang slama ini aku lakukan padamu hingga kau harus bersusah payah dan bersusah hati karena keegoanku.

Kini dalam sepi aku masih saja merindukanmu, meneteskan airmata mengingat bahwa aku belum bisa memberikan apapun dalam hidupmu. Itu karena mungkin aku baru menyadari bahwa cinta orang tua jauh lebih berharga dibanding ribuan prestasi yang bisa aku dapatkan.

Love u mommy, i'm miss you so much. Slamanya kau tak akan terganti meski banyak orang yang akan memperlakukan aku selayaknya anak bagi mereka, tapi kau tetap ibu terbaik di hatiku yang di kirimkan Tuhan untukku.


Your little girl
Rita (ita)

Rabu, 06 Agustus 2014

Pertemuan kembali (lagi)

Nafasku terasa berat kurasakan, ketika ke empat sahabatku kembali menanyakan tentang Dane, ya aku pernah menyimpan rasa untuknya dan nencoba melupakan itu semua. Tapi pertemuan kali ini membuatku harus teringat kembali apalagi seolah para sahabatku menginginkan aku bisa mengakui perasaan yang belum semoat ku utarakan pada Dane kala itu.

"Aku baru aja putus, girls!" bisikku setengah teriak.
"Makanya itu, ini kesempatan. Kita gak mau kamu galau cuman gara-gara cowok brengsek macam Jack." ujar Grace yang di ikuti anggukan oleh yang lainnya.
"Aku cuman butuh waktu say, ngapain juga galau karna tuh cowok, ogah dah!" lagian kalian yakin banget sih Dane bisa terima aku??" ucapku penuh tanya

Sahabatku kini tak menjawab hanya menggerakkan bahu dan menggelengkan kepala. Akupun tak mau ambil pusing dengan permuntaan mereka tadi, dan menikmati coklat panas yang mulai dingin. Membahas yang lain mungkin jauh lebih baik untuk menghindari pertanyaan macam tadi .

Seminggu setelah acara reuni yang mempertemukan aku kembali pada Dane, aku serasa merindukannya. Banyak tanya yang menyelemuti apakah rasa itu muncul kembali?? Ah..entahlah apapun itu aku hanya ingin sebuah ketenangan setelah kejadian dua minggu lalu aku putus dengan Jack yang belakangan ku ketahui telah menjalin hubungan dengan yang lain bahkan disaat kami belum resmi putus.

Tepat pukul tujuh malam aku telah sampai di sebuah gedung pertunjukkan teater, sudah lama aku tak menonton pementasan teater, apalagi ini peme tasan dari komunitas teater Bunga dimana dulu aku dan beberapa teman komunitasku pernah menjalin hubungan baik diantara komunitas kami. Ngomong-ngomong dari tadi aku sendirian menunggu, dimana teman yang lain katanya jam tujuh kumpul di depan gedung dan ini sudah lebih dari lima belas menit.

Dari jauh kulihat beberapa temanku yang tadi mengajak janjian jam tujuh dan ngaret, namun mereka terlalu banyak. Ternyata mereka bersama para senior teater Bunga yang dulu seangkatan kami, sekalian nostalgia kalau gini. Ada Reno juga yang slalu aja berisik kalo ketemu dia, tapi seru sayang tampangnya pas-pasan tapi baik kok. Hhehehe

Kami langsung masuk dan menonton, ketika sedang asyik menonton ku rasakan ada orang yang duduk di sebelahku dan Reno namun tak kuhiraukan karena aku sedang fokus menonton pementasan. Kurasa Reno asyik berbincang dengan orang tadi yang membuat ke damaianku menonton jadi agak terganggu dan akupun menepuk kepala Reno sekenanya menyuruh dia diam.

Acara selesai dan lampu ruangan yang tadi hanya dihiasi lampu panggung mulai di hidupkan. Kutengok Reno dan orang yang tadi duduk disampingnya, dia tersenyum manis dan menyindir kelakuanku yang amat fokus menonton, jantungku benar-benar dibuatnya berdebar kencang. Orang itu ku kenal dengan pasti, ya dia Dane. Ku ingat kembali bagaimana dia bisa juga disini, ternyata dia dulu adalah teman kelas Reno dan teater ini adalah komunitas teater SMA mereka. "Ya Tuhan, Dane ganteng banget sih." gumamku dalam hati.

Kini aku dan teman-temanku sudah berada diluar gedung, beberapa dari mereka silih bergati pamit pulang. Tinggal aku dan Reno, aku masih menunggu kakakku karena tadi aku nebeng dia yang pergi kencan. Reno masih menemaniku sampai nanti aku di jemput, dia ingin mengantarku pulang tapi aku menolak karena rumah dia jauh sekali dari rumahku dan beda arah aku tak mau merepotkannya. Sejurus Reno menunjuk seseorang yang sedang menerima telfon di area parkir.

"Kenalkan sama tuh cowok?? Dapet salam tuh tadi, pas kamu nonton katanya manis banget bengongnya." ujarnya tertawa seraya sedikit menggoda.
"Ya iya kenal lah, tuh kan temenku waktu SD kemarin juga abis reuni bareng." ujarku merespon biasa saja.
"Aihh cakep, jodoh kali ya kalian tuh hampir mirip sifatnya tau gak??".Reno semakin membuatku tersipu namun ku tahan.
"Ya Tuhan, ada aja deh Ren. Sama dari mana coba? Aku cuman cewek biasa dan dia populer men, kamu sendiri kan yang dulu cerita-cerita gitu."belaku coba menepis dugaan Reno.
"Nah ini, sama persis. Yang satu pemain basket handal satu lagi aktris terbaik, ngakunya biasa aja. Samakan??" godaan Reno semakin menjadi dan aku cuman menghela nafas mendengar semuanya.

Dane mendekati kami yang sedari tadi asyik ngobrol, jantungku rasanya mau copot melihat langkahnya makin dekat dan Reno yang slalu mencibirku. Dane mendekat dan mengajakku pulang bareng karena rumah kami searah. Reno menyikutku memberi tanda untuk menerima tawaran, dan aku meng iyakan saja karena hari semakin malam dan kakakku tak juga muncul.

Saat Dane mengambil mobil, Reno menggodaku dan mengatakan good luck ketika aku hendak masuk mobil Dane dan itu membuatku ingin melemparnya ke gunung es, sumpah ngeselin banget. Dalam mobil kami tak banyak bicara hanya terdengar suara musik Tulus yang di putar oleh Dane. Setelah sekian lama terdiam dia membuka pembicaraan, ya hanya pembicaraan basa basi dan pertanyaan tentang acara kemarin. Ya suasana mulai cair dan kami bisa sedikit tertawa oleh lelucon garing Dane dan ingatan masa SD kamu, tak kusangka Dane masih mengingatnya bahkan dia ingat kalau dulu teman-teman sering menjodohkanku dengannya. Sungguh luar biasa, diluar dugaan dan membuatku tersipu malu.

"Rara." ucapnya singkat sesampai di depan halaman rumahku.
"Ya, ada apa Dane?" jawabku penasaran karena agak gugup karena kini dia menggenggam tanganku lembut.
"Hmmm..janji ya jangan marah?se enernya dah lama pengen ngomong ini tapi ga pas." ucapnya dengan agak gugup namun tetap terlihat cool. Aku hanya mengangguk tak banyak bicara.
"Kamu mau nggak jadi pacar aku?" pernyataannya sungguh membuatku bagai di sambar petir ini sungguh di luar dugaan. Aku salah tingkah tak bisa tenanh meresponnya. Cukup lama kami terdiam tetap pada pososi tangannya menggenggamku.
"Em...seriusan??" tanyaku mencoba meyakinkan diriku sendiri
"Banget, gimana?please jawab ya." pintanya padaku. 
Setelah helaan nafas panjang aku mengangguk dan tersenyum manis tanda menerimanya. Diapun mencium tanganku kemudian memelukku penuh kehangatan. Tuhan ini sungguh indah, gumamku dalam hati.

Dan sejak malam itu kami resmi jadian, sahabat-sahabatku bahagia mendengar kabar itu apalagi Reno, yang ternyata selama ini menjadi sumber informasi untuk Dane tentangku. Reno usil knapa sih gak ngomong dari dulu kalau si Dane tuh juga naksir aku, tapi gak apa-apa bagaimanapun juga dia berarti untuk hubungan kami yang saling memendam selama ini.

Ternyata cinta gak serumit itu andai saja kita dapat saling percaya dan jujur tanpa ada dinding pembatas macam apapun. Takut ditolak itu bukan alasan tepat untuk kita takut mengutarakan isi hati, karena cinta melindungi bukan menakuti.