Minggu, 20 Januari 2013

Tentang Sebuah Nama




            Andai saja aku bisa sedikit saja melupakan rasa gengsiku mungkin kini aku tak akan secemas ini, dan aku akan mendapatkan jawaban tentang  semua pertanyaan yang bertahun-tahun masih saja berontak dalam hatiku. Namun kini harus kusadari ini salahku sendiri dan aku harus menerima semuanya termasuk melihatnya dengan yang lain seandainya suatu saat dipertemukan. Aku masih saja terlarut dalam lamunanku hingga kuterpejam seiring berlalunya sang dewi malam.

            Sang mentari membangunkanku dengan kilaunya yang menghangatkan. Aku tersenyum menatap dalam cermin membayangkan hari baru yang akan ku lewati mulai hari ini. Sejuknya hembusan angin menambah semangat menjalani semua yang ada dihadapanku kini. Meski belum sepenuhnya aku bisa menghapus nama itu dalam hatiku, namun aku selalu berusaha melupakan seiringan dengan berjalannya sang waktu.

            Tak terasa 3 tahun berlalu sejak pagi itu, aku mulai terbiasa tanpa mengingat nama itu, mengucap nama itu, bahkan menyapanya. Aku seakan terbebad dalam belenggu nama itu. Hingga pada akhirnya aku harus dipertemukan lagi dengan sang pemilik nama itu, Aku bahkan tak habis fikir kenapa telah sekian lama aku belajar dan terbiasa dengan semua hal tentang nama itu, dan kini ku bertemu lagi. Sungguh, aku akan memilih tak bertemu hari inni jika ternyata kenyataan membawaku dalam jeratan luka lama.

            Pertemuan ini sungguh menyakitkan, lebih menyakitkan daripada saat bertemu dengan nama itu dan sampai harus meliatnya bersama yang lain. Kini keadaannya berbeda, aku dipertemukan oleh takdir untuk mengetahui jawaban yang dulu selalu terlintas dibenakku. Ya, aku temukan jawaban itu saat ini, tapi kenapa maut juga merenggut tanpa bisa ku dengar jawaban itu langsung dari bibirnya. Kini benar-benar kuterlambat sudah, hanya ada secarik kertas yang selalu mencoba meyakinkan aku bahwa nama itu tulus menuliskannya teruntuk diriku yang malang.