Aku mengejar nya yang berjalan keluar cafe, menyusuri jalanan kota di bawah sinar rembulan yang harusnya terasa nyaman di dekap. Ku cekal tangan kekarnya hingga langkahnya tak lagi berjalan, menoleh pada ku dengan senyuman seolah tanpa beban tapi aku gahu ada luka dibaliknya meski tak tahu sebesar apa kobaran luka itu. Alis matanya terangkat sebelah melihat ku yang masih diam mencari-cari sesuatu dibalik jiwa nya.
"Aku baik, Ra. Tak usah khawatir seperti itu." ucapnya lirih masih dengan senyuman itu
"Kau tak baik Sam, katakan pada ku apa yang kau rasakan. Siapa tahu aku bisa sedikit meringankan beban mu." Aku sungguh tak tega melihat tatapan sahabat baik ku ini.
"Ini hari terbaik dalam 7 bulan ku, Ra. Aku sudah tahu akan seperti ini." tangannya mengelus lengan ku menenangkan, harusnya aku yang menenangkannya bukan seperti ini.
"Maksud mu? Kau sudah lama tahu bahwa kekasih mu jalan mesra dengan pria lain dan kau hanya diam? Sebodoh apa sih Sam selama ini.?!" kudengar helaan nafas berat.
Sam mengajak ku duduk di bangku taman tak jauh dari cafe tempat kami tadi merencanakan temu kangen setelah setahun tak bertemu tapi gagal karena kejadian tak terduga. Matanya menatap jutaan bahkan milyaran bintang yang bersanding dengan samg dewi malam, indah nya mendamaikan. Aku masih menunggunya berbicara, aku benar tak tega melihat keadaannya. Kenapa ada yang masih tega meremukkan hatinya setelah gadis bodoh di masa lalunya. Aku tahu betul nagaimana dia berjuang di masa itu meski harus bangkit dengan membawa tembok dingin yang tak bisa tersentuh.
"Kali ini kau boleh tertawa atau memaki diri ku bodoh tapi jangan sekalipun menatap kasihan padaku. Kau janji Ra?" Aku mengangguk mantap tanpa menoleh padanya.
"Aku janji, sudah cepatlah cerita jangan buat aku mati penasaran." kudengar dia terkekeh pelan mendengar ucapan ku.
"Kau masih saja tak sabaran, oh betapa malang nasib Rayhan mendekam di hatimu." tawanya meledak tak terkira membuatku mendelik kesal kepada Sammy Argadinan, sahabat paling menyebalkan sekaligus perhatian pada ku.
Mau tak mau dia menghentikan tawanya, mengatur nafas dan mulai bercerita.
,,............................................
Sembilan bulan berlalu.
Kulihat dua sosok pria yang kusayangi layaknyaa aku menyayangi ayah dan saudara lelaki ku, sosok yang slalu memberikan warna padaku di tengah kabut yang selama ini mereka pendam. Aku teringat malam sembilan bulan yang lalu, dimana salah satu sosok malaikat ku menangis mencoba menghapus bebannya sendiri.
"Awal hubungan aku dan Naya adalah salah, terlihat mengagumkan di mata orang lain tapi menyertkan luka terlebih Naya. Aku menyakitinya karena tak kunjung bisa sembuh dari luka padahal dia telah melakukan apapun untuk ku, bahkan setia yang diberikannya tak sanggup meluluhkan, jika saat ini dia menyerah itu jauh lebih baik karena aku tak akan lagi menyakiti dengan ego ku." Hening cukup lama aku tak habis fikir dengan perjuangan mereka yang tak bertitik pada ujung yang sama, Sam menatapku kami saling bertatap. "Tapi waktu yang dia pilih sunnguh diluar mau ku." ucapannya membuat alis ku bertaut tak bisa mencerna maksud kalimatnya. "Naya pergi disaat aku berhasil mencintainya." sambungan kalimatnya membuatku mendesah sebal lalu tertawa hambar. Sesulit itu kah kisah sahabat ku ini?
Ku seka air mata yang coba menetes di pelupuk mata ku tiap mengingat kejadian itu, aku sudah berjanji tak akan mengasihinya. Sam kalah disaat akan memulai, Sam berhenti sebelum benar-benar melangkah, cinta nya tulus tak memaksa untuk itu di merelakan cinta yang kuncup itu layu bahkan se elum mekar. Hatinya hanya perlu berpindah bukan meratapi penyesalan yang tak akan pernah ada ujung, dia berjuang kembali mencoba jalanan lain dan bertemu orang yang berbeda. Dinding dingin milik Sam kini tlah mencair oleh hangatnya kasih Melati, kisah baru nya yang berhasil membawanya selangkah sejajar dengan aku dan Rayhan. Meski baru 4 bulan menyatakan kepercayaan tuk saling memiliki tapi keyakinan mereka tak di sia-sia kan oleh Sam maka dari itu dengan mantap di ajaknya Melati melangkah pada jalan halal tanpa ragu belajar bersama.
"Awal hubungan aku dan Naya adalah salah, terlihat mengagumkan di mata orang lain tapi menyertkan luka terlebih Naya. Aku menyakitinya karena tak kunjung bisa sembuh dari luka padahal dia telah melakukan apapun untuk ku, bahkan setia yang diberikannya tak sanggup meluluhkan, jika saat ini dia menyerah itu jauh lebih baik karena aku tak akan lagi menyakiti dengan ego ku." Hening cukup lama aku tak habis fikir dengan perjuangan mereka yang tak bertitik pada ujung yang sama, Sam menatapku kami saling bertatap. "Tapi waktu yang dia pilih sunnguh diluar mau ku." ucapannya membuat alis ku bertaut tak bisa mencerna maksud kalimatnya. "Naya pergi disaat aku berhasil mencintainya." sambungan kalimatnya membuatku mendesah sebal lalu tertawa hambar. Sesulit itu kah kisah sahabat ku ini?
Ku seka air mata yang coba menetes di pelupuk mata ku tiap mengingat kejadian itu, aku sudah berjanji tak akan mengasihinya. Sam kalah disaat akan memulai, Sam berhenti sebelum benar-benar melangkah, cinta nya tulus tak memaksa untuk itu di merelakan cinta yang kuncup itu layu bahkan se elum mekar. Hatinya hanya perlu berpindah bukan meratapi penyesalan yang tak akan pernah ada ujung, dia berjuang kembali mencoba jalanan lain dan bertemu orang yang berbeda. Dinding dingin milik Sam kini tlah mencair oleh hangatnya kasih Melati, kisah baru nya yang berhasil membawanya selangkah sejajar dengan aku dan Rayhan. Meski baru 4 bulan menyatakan kepercayaan tuk saling memiliki tapi keyakinan mereka tak di sia-sia kan oleh Sam maka dari itu dengan mantap di ajaknya Melati melangkah pada jalan halal tanpa ragu belajar bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar